menjadi apa sekarang tempat bermain kita zaman dulu?

Pantai Pasir Putih di Lampung. Dulu sering sekali kesana dihari Minggu. Seingat saya pantainya landai dan satu2nya pantai yang pasirnya lembut (gak banyak batu koral) dan ombaknya aman.
Sebulan yang lalu kesana (terakhir kesana mungkin 30thn yang lalu... Heheheh) pas liburan anak2 dan kecewa sekali karena sudah kotor dan banyak kapal2 barang yang berlabuh di area laut pas didepan pantainya. Sangat disayangkan sekali!

maka nya saranin anak2 untuk main ke alam.. katakan pada mereka,, "nak, mungkin 10 tahun lg, saat kamu dewasa, tempat ini sdh tidak ada atau berubah wujud".. hehe
 
masa kecil saya di tahun 90an penuh dengan main sepakbola, dekat rumah ada lapangan rumput kecil yang kondisinya agak miring (sekarang sudah jadi perumahan), karena kondisi lapangan miring maka yang menang suit dan dapat lapangan sisi atas selalu menang.

Pulang ke rumah biasanya dimarahi ibu karena baju kotor, selesai mandi nonton saint seiya dan the simpsons sampai magrib


Enaknya hidup zaman dulu tidak ada beban...
 
Bendungan di belakang SD yang dulu tempat bermain ketika jam istirahat, kini menjadi tempat yang sangat kumuh penuh dengan sampah. :'(

Belum cukup umur untuk menanggung beban kak... beban paling berat palingan cuma PR matematika :D

Haha kalau saya dulu PR yang paling berat itu adalah PR Sejarah. :'(

masa kecil saya di tahun 90an penuh dengan main sepakbola, dekat rumah ada lapangan rumput kecil yang kondisinya agak miring (sekarang sudah jadi perumahan), karena kondisi lapangan miring maka yang menang suit dan dapat lapangan sisi atas selalu menang.

Pulang ke rumah biasanya dimarahi ibu karena baju kotor, selesai mandi nonton saint seiya dan the simpsons sampai magrib


Enaknya hidup zaman dulu tidak ada beban...

Kalau masa kecil saya dulu penuh dengan bermain petak umpet, malah terkadang kalau hari libur dari pagi sampai sore main petak umpet. Kadang tempat bersembunyi-nya sangat tidak logis kalau dipikir sekarang. :LOL::LOL:

maka nya saranin anak2 untuk main ke alam.. katakan pada mereka,, "nak, mungkin 10 tahun lg, saat kamu dewasa, tempat ini sdh tidak ada atau berubah wujud".. hehe

Kelak kalau saya sudah mempunyai anak pasti akan saya kenalkan dengan permainan-permainan ketika ayahnya masih anak-anak. Sadly, kids zaman now terlalu banyak main depan gadget. :'(
 
Last edited by a moderator:
Tempat mainku dulu sawah nyari belut, burung pipit tapi sekarang sudah tidak ada jadi komplek militer AD dan perumahan.
 
Di kota Ungaran ada tiga alun2. Alun2 lama, alun2 mini dan alun2 Bung Karno (Asjo = Alun2 Sukarno Kalirejo).
Alun2 lama berada di pusat kota, dulunya adalah sebuah lapangan, tempat anak2 SD berolah raga, bisa sepak bola, lompat jauh, tolak peluru, dll). Waktu SMA saya malah pernah ikut pentas malam tahun baru disana. Lapangan ini bisa juga untuk pameran, pasar malam dan upacara.
Sekarang bagian lapangan sudah tidak ada, dibangun taman dan monumen/patung pahlawan lokal.
Yang tidak berubah, di pinggir sekeliling lapangan ini tetap untuk kuliner, tinggal pilih : Nasi goreng, tahu campur, bakso, soto, sate, tahu campur, mie ayam, gecok kambing, bubur kacang ijo, wedang ronde, dll.
Perpusda Ungaran terletak di sisi Utara alun2 ini.
Log in or register to view this content!
 
Masa kecil saya dahulu suka nyosok iwak. Caranya, satu anak pakai cikrak (pengki yg terbuat dari anyaman bambu) mencegat aliran air di hilir dan satu anak menggiring ikan di hulu. Jangan bayangkan hulu dan hilir ini jauh ya, paling jaraknya 5-10 meter saja. Ikan-ikan yang terperangkap biasanya betok (yg durinya besar dan tajam), sepat (yang durinya relatif kecil tapi dagingnya tipis), mujair, kutuk, lele; semua ikan yang malang itu dimasukkan ke dalam ember. Anak penyosok iwak adalah musuh bersama pak RT, bu RT dan bapak ibu yang rumahnya di sekitar selokan karena biasanya hasil sosokan berupa lumpur campur sampah (daun, ranting, dan kulit keong) akan dilempar ke tepi selokan sehingga dianggap mengotori lingkungan. Ikan-ikan yang bergelimpangan akan diambili dengan tangan dan dimasukkan ke ember. Selanjutnya ikan akan dibawa pulang untuk digoreng atau dibakar di abu pawon. Biasanya kucing-kucing sudah menunggu dengan setia, siapa tau kebagian seekor dua ekor ikan matang.

Ketika saya sudah agak besar, saya dan bapak saya suka memancing ikan di selokan yang sama, diikuti kucing saya yang tugasnya menangkap ikan di ujung pancing. Kami membawa ember kaleng cat sebagai wadah ikan yang sudah tertangkap. Ikan-ikan korban pancing kami bawa pulang untuk digoreng sebagai lauk kucing. Kalau ikannya besar sedikit, jadi lauk orang. Kucing cukup dapat ikan kecil saja.

Hobi menangkap ikan ini kadang dilanjutkan jam 10 malam sebagai kegiatan ilegal menyetrum ikan di selokan maupun rawa kangkung. Bapak saya bertugas membawa aki dan setruman, sedangkan saya membawa serok dan ember. Kali ini kucing saya tidak ikut karena dia masih terlalu kecil, dia sudah tidur dan besok harus sekolah.

Sekarang rawa kangkung tempat saya biasa menangkap ikan sudah tiada, karena airnya sudah hilang, berganti menjadi pekarangan yang ditanami pepohonan. Rawa kangkung di belakang rumah saya sudah jadi parkiran mobil, sedangkan rawa kangkung di samping rumah kakek saya sudah menjadi dua buah rumah.

Selokannya juga sudah hilang karena ditutup rapat dengan cor-coran semen. Tak ada lagi selokan terbuka tempat anak-anak bisa nyosok iwak atau memancing. Karena badan air terbuka sudah banyak berkurang, tak ada lagi kunang-kunang dan capung. Kedua serangga lucu itu, setau saya, berkembang biak di dalam air.

Capung yang hendak kawin, biasanya menari-nari mencari perhatian pasangannya seperti sedang cebok (menciduk air dari permukaan sehingga menciprat kemana-mana) sehingga orang yang malas mandi dan mandinya asal-asalan seringkali disebut "aduse kaya jantrung cebok" alias mandinya seperti capung cebok.

Kalau nyamuk sih, masih banyak.
 
Masa kecil saya dahulu suka nyosok iwak.
Wah keren juga pengalaman masa kecil bu @idanora, ya... biasanya anak perempuan jaman dulu 'kan mainannya itu kalau tidak bekel ya simbar -- media mainnya klungsu = biji asam jawa-- atau yeye dan sumpringan -- media mainnya karet gelang yang dirangkai memanjang. :)
 
ini saya ambil di google maps. dulu di tempat ini adalah lapangan olahraga sekolah waktu saya masih SD, dekat tiang listrik ini ada pohon ketapang yang rimbun dan teduh, dibawah nya kami sering main kalau pas nggak ada kegiatan olahraga, bangunan yg didepan ini sebelumnya belum ada, bangunan yg di belakangnya itu dulu ruang kelas 1 dan 2 SD, pisah dengan kelas lain, sekarang jadi gudang milik desa.
yang kayak hutan belantara dibelakang itu dulu rumah dinas Guru dan bidan desa, guru yg menempati disana memelihara soang yang tentu saja sering mengejar manusia yang lewat šŸ˜… banyak perubahan pokoknya tempat ini..

Screenshot_2024-02-23-15-59-28-965_com.google.android.apps.maps.jpg
 
Dulu tinggal dan besar di Kampung Poncol, Ciledug. Daerah pinggiran yang tahun 80an seperti daerah gak terurus jadi banyak "tanah kosong" sebenarnya nggak kosong2 amat ya karena kan masih ada banyak pohon karet dan jambu kancing. Dulu itu jadi tempat main, tempat lomba dan panggung 17an, nonton layar tancap, main dobak sodor, lempar kaleng, main voli dan sepak bola walaupun tanahnya tidak dipelur semen.

sekarang tanah kosongnya sudah nggak ada dan tidak tersisa karena sudah dibangun banyak rumah kontrakan di situ sama ahli waris tanahnya.
 
Dulu pas masih kecil ada 1 lapangan yg dipakai buat main, lapangan yg lumayan besar dan tanah nya rata pada saat itu.
Sering juga acara tradisional di adakan di lapangan itu, seringnya sih acara kuda kepang dan 17an.

Sekarang udah hampir 20 tahun berlalu kondisi nya jadi kebun. di sekeliling nya juga sudah banyak rumah rumah warga yg tadinya cuma ilalang saja. 2~1.jpg
 
Back
Top